Barusan saya makan nasi pecel madiun dan teh botol. Harganya? Tujuh ribu rupiah. Saya ulangi, tujuh ribu rupiah sodara-sodara! Kalau begini tiap hari, tahun depan saya bisa naik haji.
Sunday, October 26, 2008
Saturday, October 25, 2008
Telepon tengah malam
Sebuah telepon menjelang tengah malam, saat saya sedang berusaha memejamkan mata. Telepon yang membuat saya langsung kehilangan selera untuk tidur. Saya bangun, terduduk, berpikir. Kemudian menutup telepon sebentar, meminta lawan bicara untuk sabar karena saya akan menghubunginya kembali dalam 5 menit.
Otak tidak bisa diajak kompromi, saya terpaksa membuka laptop untuk memastikan bahwa apa yang saya pikirkan tadi telah benar. Yap, saya benar. Saya ambil ponsel, dan mengirimkan pesan: 1443, change BCCH to 56.
Telepon soal pekerjaan di tengah malam. Nyaris tidak percaya ternyata saya merindukannya.
Otak tidak bisa diajak kompromi, saya terpaksa membuka laptop untuk memastikan bahwa apa yang saya pikirkan tadi telah benar. Yap, saya benar. Saya ambil ponsel, dan mengirimkan pesan: 1443, change BCCH to 56.
Telepon soal pekerjaan di tengah malam. Nyaris tidak percaya ternyata saya merindukannya.
Saturday, October 18, 2008
Sebel
The one you love is the one who will probably hurt you the most. Nyebelin ya? Saya bisa cuek banget dikelilingi oleh perokok tapi kok sebel banget ngeliat si partner ngerokok?? Arrrggh! Mudah-mudahan ini tidak menjadi pemicu sebuah tindakan pengambilan keputusan yang impulsif (dan emosional) yang kadang-kadang suka saya lakukan.
Friday, October 17, 2008
Demam Floriana
Bukan, Floriana bukanlah sebuah kota di Malta. Tapi Floriana yang saya maksud adalah si Flo dalam Laskar Pelangi.
Sebagai orang yang suka ikut-ikutan, saya yang (tadinya) bukan pembaca Laskar Pelangi ikut-ikutan menonton film tersebut waktu libur lebaran. Tujuannya satu: biar ketika ditanya orang "udah nonton Laskar Pelangi belum?", saya bisa jawab dengan bangga: "udah dong." Hahaha.. Dasar manusia nggak punya prinsip.
Filmnya baik-baik saja. Tidak ada komplain. Bahkan sehabis menonton filmnya, saya langsung membaca ketiga bukunya yang ternyata sudah dimiliki oleh adik saya. Sehabis membaca buku-buku itu, saya bisa memaklumi kegandrungan orang-orang terhadap Tetralogi Laskar Pelangi dan Andrea Hirata secara personal.
Anywaaaay.. Gak usah ngebahas buku dan filmnya ya. Udah banyak direview dimana-mana. Saya cuman mau bercerita tentang sebuah fragment hidup, yang terjadi akibat percakapan sore hari melalui telepon dengan salah seorang teman baik saya sekaligus salah satu mentor saya. Percakapan itu diawali dengan pertanyaan simple: "Siapa tokoh favorit lo di Laskar Pelangi?"
Saya menjawab cepat: Mahar! Simply because he was so cute in the movie. Mukanya manis. Lucu banget. Gila banget. Punya bakat seni yang luar biasa (something I don't have), dan bisa menyanyi lagu Seroja dengan merdu (sebagai anak yang dari suami-istri penggemar musik melayu, saya suka loh lagu Seroja itu hehehe).
Kemudian giliran teman saya menceritakan tokoh favoritnya. Awalnya, saya menebak pasti tokoh favoritnya adalah Lintang atau Pak Kepala Sekolah atau Ibu Muslimah, tokoh-tokoh pejuang sejati. Tapi tebakan saya salah, karena tokoh favoritnya ternyata Floriana alias Flo, anak sekolah PN Timah yang mewah yang memutuskan pindah ke SD Muhammadiyah yang sederhana.
Kenapa Flo? Apakah karena Flo penggemar mistik? Bukaaan.. Teman saya ini bukan penggemar mistik kok, terlepas dari kemiripannya dengan Ki Joko Boda :P
Menurut teman saya, murid-murid SD Muhammadiyah bersekolah di situ karena mereka miskin. Mereka tidak punya pilihan lain selain belajar di tempat yang mampu dijangkau. Berbeda dengan Flo. Flo adalah anak orang kaya, bisa sekolah dimana saja, termasuk di sekolah PN Timah yang mewah itu. Flo punya pilihan. Dan akhirnya dia memilih bersekolah di SD Muhammadiyah. Flo telah memutuskan keluar dari zona nyamannya, dan mencoba tantangan baru di luar kenyamanannya dia.
Damn! Teman saya telah menularkan Demam Floriana pada saya. Dan pada saat yang bersamaan saya harus memilih apakah akan tetap di zona nyaman saya, atau menerima tawaran untuk keluar dari zona nyaman ini dan mencoba tantangan baru di luar sana. Sekarang saya tidak tau apakah saya memang telah tertular Demam Floriana atau hanya terkesan dengan seorang Floriana.
Sebagai orang yang suka ikut-ikutan, saya yang (tadinya) bukan pembaca Laskar Pelangi ikut-ikutan menonton film tersebut waktu libur lebaran. Tujuannya satu: biar ketika ditanya orang "udah nonton Laskar Pelangi belum?", saya bisa jawab dengan bangga: "udah dong." Hahaha.. Dasar manusia nggak punya prinsip.
Filmnya baik-baik saja. Tidak ada komplain. Bahkan sehabis menonton filmnya, saya langsung membaca ketiga bukunya yang ternyata sudah dimiliki oleh adik saya. Sehabis membaca buku-buku itu, saya bisa memaklumi kegandrungan orang-orang terhadap Tetralogi Laskar Pelangi dan Andrea Hirata secara personal.
Anywaaaay.. Gak usah ngebahas buku dan filmnya ya. Udah banyak direview dimana-mana. Saya cuman mau bercerita tentang sebuah fragment hidup, yang terjadi akibat percakapan sore hari melalui telepon dengan salah seorang teman baik saya sekaligus salah satu mentor saya. Percakapan itu diawali dengan pertanyaan simple: "Siapa tokoh favorit lo di Laskar Pelangi?"
Saya menjawab cepat: Mahar! Simply because he was so cute in the movie. Mukanya manis. Lucu banget. Gila banget. Punya bakat seni yang luar biasa (something I don't have), dan bisa menyanyi lagu Seroja dengan merdu (sebagai anak yang dari suami-istri penggemar musik melayu, saya suka loh lagu Seroja itu hehehe).
Kemudian giliran teman saya menceritakan tokoh favoritnya. Awalnya, saya menebak pasti tokoh favoritnya adalah Lintang atau Pak Kepala Sekolah atau Ibu Muslimah, tokoh-tokoh pejuang sejati. Tapi tebakan saya salah, karena tokoh favoritnya ternyata Floriana alias Flo, anak sekolah PN Timah yang mewah yang memutuskan pindah ke SD Muhammadiyah yang sederhana.
Kenapa Flo? Apakah karena Flo penggemar mistik? Bukaaan.. Teman saya ini bukan penggemar mistik kok, terlepas dari kemiripannya dengan Ki Joko Boda :P
Menurut teman saya, murid-murid SD Muhammadiyah bersekolah di situ karena mereka miskin. Mereka tidak punya pilihan lain selain belajar di tempat yang mampu dijangkau. Berbeda dengan Flo. Flo adalah anak orang kaya, bisa sekolah dimana saja, termasuk di sekolah PN Timah yang mewah itu. Flo punya pilihan. Dan akhirnya dia memilih bersekolah di SD Muhammadiyah. Flo telah memutuskan keluar dari zona nyamannya, dan mencoba tantangan baru di luar kenyamanannya dia.
Damn! Teman saya telah menularkan Demam Floriana pada saya. Dan pada saat yang bersamaan saya harus memilih apakah akan tetap di zona nyaman saya, atau menerima tawaran untuk keluar dari zona nyaman ini dan mencoba tantangan baru di luar sana. Sekarang saya tidak tau apakah saya memang telah tertular Demam Floriana atau hanya terkesan dengan seorang Floriana.
Monday, October 06, 2008
lebaran highlight
lokasi: ruang keluarga rumah orang tua saya
kondisi rambut: mengembang seperti dora karena abis keramas
kondisi pakaian: celana boxer dan kaos disney yang bau sunlight karena abis nyuci piring
dialog yang terjadi:
saya: maaf lahir batin ya tante..
tante saya: loh ini siapa?
saya: sorayya tante..
tante saya: ya ampun tante pikir anak sma dari mana..
benar-benar keajaiban lebaran!
selamat idul fitri ya teman2.. maaf lahir batin..
kondisi rambut: mengembang seperti dora karena abis keramas
kondisi pakaian: celana boxer dan kaos disney yang bau sunlight karena abis nyuci piring
dialog yang terjadi:
saya: maaf lahir batin ya tante..
tante saya: loh ini siapa?
saya: sorayya tante..
tante saya: ya ampun tante pikir anak sma dari mana..
benar-benar keajaiban lebaran!
selamat idul fitri ya teman2.. maaf lahir batin..