Friday, August 15, 2008

Operasi

Hari ini saya dioperasi. Pengalaman pertama yang cukup memberi kesan campur aduk: seru, tegang, sakit, menyedihkan, dan penuh kejutan. Begini ceritanya.

Pagi-pagi saya sudah masuk ruangan dokter bedah untuk memeriksa kaki saya. Bayangan saya tentang si dokter cukup mendekati kenyataan, beliau adalah sama sekali bukan Dr. Mark Sloan, melainkan om-om agak ubanan dengan kacamata menempel di hidungnya. Si dokter orangnya menyenangkan, bahkan dia sempat bercanda waktu saya menyebutkan keluhan saya, yang kemudian saya jawab dengan serius. You're about to cut me doc, let's not laugh here.

Jam 12 siang saya masuk ruang operasi. Sayangnya para petugas di ruang operasi tidak berseragam biru seperti squad Grey's Anatomy. Mereka berseragam hijau dan berbincang dengan logat jawa. Ini ruang operasi atau rapat partai NU sih? Eh NU bukan partai ya?

Si mbak-mbak petugas ruang operasi (saya nggak ngerti mereka suster atau dokter atau apa sih?) awalnya sempat bingung karena saya datang untuk dioperasi secara bersolo karir tanpa ditemani siapapun. Jadi inget Miranda Hobbes waktu operasi mata hehehe.. Menyedihkan sih, tapi memang tidak ada yang bisa diandalkan hari ini. Si partner antara ada dan tiada. Sahabat-sahabat sedang bekerja. Mr always be there sedang umroh. Si daddy di Aceh. Adik 1 lagi penelitian di Bandung. Adik 2 lagi KKN di Bogor. Mommy sedang bekerja dan lanjut pergi ke PGC bersama teman-temannya. Tapi si mommy sempat sms sebelum saya dioperasi: "mama ke PGC dulu, di rumah nggak ada makanan, kamu makan di luar aja ya." Well she can be very supportive sometimes :)

Kejutan pertama datang ketika saya diberi jubah operasi. Si mbak menyuruh saya membuka semua pakaian kecuali pakaian dalam, dan memakai jubah operasi yang bagian belakangnya agak terbuka karena cuman diikat tali. Jadi ingat Christina Yang yang accidentally memamerkan cute panty tampak belakang waktu dia sakit hihihi.. Untung hari ini saya memakai pakaian dalam bertema sporty sebagai bentuk partisipasi saya terhadap olimpiade Beijing.

Kejutan kedua datang ketika bius lokal. Yang saya tahu, bius membantu kita agar tidak merasa sakit. Yang saya tidak tahu, suntikan bius itu sakitnya seanying-anying. Maksudnya, saya nyaris teriak: ANYIIIING! Untung masih bisa menutup mulut, menahan nafas, dan membiarkan air mata keluar dengan sendirinya.

Kejutan ketiga datang setelah selesai operasi. They provide lunch hahaha. Lumayan, jadi nggak usah makan di luar.

Pulangnya, saya terpaksa menyetir dengan tertatih-tatih sambil sesekali menahan nyeri. Kesehatan memang mahal harganya ya.