Sore tadi setelah selesai kirim email kerjaan ke customer, gw memutuskan untuk istirahat sejenak. Berhubung gw sekarang berdomisili di hotel (yang sekaligus menjadi lokasi mobile office gw), gaya istirahat pun agak mengalami peningkatan kualitas. Bukan sededar ngupi2 seperti istirahat reguler di kantor, melainkan istirahat sambil rebahan di tempat tidur dan nonton tv :)
Gw pun mengambil remote tv dan memutuskan untuk menonton serial OB di rcti. Biar posisi makin sedep, gw berbaring menyamping seperti gaya putri duyung terdampar. Tiba-tiba berasa ada yang mengganggu di bagian depan badan gw, agak di tengah. Perut bo!
Waktu gw lagi mengelus perut yang berasa agak sakit, kok bentuknya agak berbeda ya. Seperti lebih menonjol gitu. Gw mencoba berpikir apakah gw sedang kembung karena telat makan, yang ternyata jawabannya nggak tuh, nggak kembung. Gw pun melanjutkan analisis soal perut ini mungkin karena gw kekenyangan, yang jawabannya juga nggak, secara gw makan siang 5 jam sebelumnya. Kemungkinan hamil pun gw coret dari analisis gw karena satu2nya orang yang berpotensi menghamili sedang berada jauh di sana, and my last encounter with him was like million years a go.
Aduh. Gw nggak kenapa-napa kok. Cuman gendutan aja.
Setelah dipikir-pikir memang alasan gendutan lah yang (sialnya) paling masuk akal. Gaya hidup dan pola makan selama tinggal di sini benar2 mendukung untuk program penggendutan. Eh, kalau dibilang penggendutan kesannya sebelumnya nggak gendut ya. Jadi mungkin lebih tepat dibilang pengembangan diri.
Begini ceritanya. Setiap hari, setelah sholat subuh, gw lanjut tidur sampe jam 7.30. Setelah itu bangun, mandi, jam 8 sarapan di hotel. Buffet breakfast. Menu standar gw biasanya main course (nasi, bubur, mie rebus), omelette, beberapa roti perancis lengkap dengan butter dan selai strawberry, dan buah2an. Rata2 sejam gw habiskan untuk eksistensi di resto sarapan itu.
Makan siang biasanya hidangan penuh lemak dan kolesterol. Nasi padang, soto dengan kuah santan yang kental, atau pasta porsi besar. Ditutup dengan minuman manis penuh gula seperti teh botol atau kalau lagi centil ya minum sejenis shake dengan topping ice cream.
Sore2 sampai malam maunya sih bergaya bangsawan Inggris, ngeteh dan makan biskuit. Tapi kenyataannya lebih sering ngopi sambil makan biskuit atau cake atau otak-otak atau jajanan pasar atau paket combo: perpaduan semuanya.
Jam 10 udah tidur, yang kalo dihitung2 setiap hari gw tidur sekitar 8-10 jam.
Kegiatan fisikal pun hanya sebatas duduk di depan laptop atau tidur2an. Jalan kaki hanya sebatas ke ATM di sebelah hotel. Niat mau menggunakan fasilitas fitness gratisan juga terhalang oleh alasan sederhana: gak bawa sepatu olahraga. Padahal ya, di samping hotel ada sebuah toko dengan tulisan hitam dan berlatar belakang kuning. Yap, sports station.
Jadi buat yang weekend ini berencana bertemu gw di Jakarta, tolong jangan berkomentar apapun soal perut, pipi, paha, atau pengembangan badan gw lainnya. Believe me, i'm aware of all the facts.
Gw pun mengambil remote tv dan memutuskan untuk menonton serial OB di rcti. Biar posisi makin sedep, gw berbaring menyamping seperti gaya putri duyung terdampar. Tiba-tiba berasa ada yang mengganggu di bagian depan badan gw, agak di tengah. Perut bo!
Waktu gw lagi mengelus perut yang berasa agak sakit, kok bentuknya agak berbeda ya. Seperti lebih menonjol gitu. Gw mencoba berpikir apakah gw sedang kembung karena telat makan, yang ternyata jawabannya nggak tuh, nggak kembung. Gw pun melanjutkan analisis soal perut ini mungkin karena gw kekenyangan, yang jawabannya juga nggak, secara gw makan siang 5 jam sebelumnya. Kemungkinan hamil pun gw coret dari analisis gw karena satu2nya orang yang berpotensi menghamili sedang berada jauh di sana, and my last encounter with him was like million years a go.
Aduh. Gw nggak kenapa-napa kok. Cuman gendutan aja.
Setelah dipikir-pikir memang alasan gendutan lah yang (sialnya) paling masuk akal. Gaya hidup dan pola makan selama tinggal di sini benar2 mendukung untuk program penggendutan. Eh, kalau dibilang penggendutan kesannya sebelumnya nggak gendut ya. Jadi mungkin lebih tepat dibilang pengembangan diri.
Begini ceritanya. Setiap hari, setelah sholat subuh, gw lanjut tidur sampe jam 7.30. Setelah itu bangun, mandi, jam 8 sarapan di hotel. Buffet breakfast. Menu standar gw biasanya main course (nasi, bubur, mie rebus), omelette, beberapa roti perancis lengkap dengan butter dan selai strawberry, dan buah2an. Rata2 sejam gw habiskan untuk eksistensi di resto sarapan itu.
Makan siang biasanya hidangan penuh lemak dan kolesterol. Nasi padang, soto dengan kuah santan yang kental, atau pasta porsi besar. Ditutup dengan minuman manis penuh gula seperti teh botol atau kalau lagi centil ya minum sejenis shake dengan topping ice cream.
Sore2 sampai malam maunya sih bergaya bangsawan Inggris, ngeteh dan makan biskuit. Tapi kenyataannya lebih sering ngopi sambil makan biskuit atau cake atau otak-otak atau jajanan pasar atau paket combo: perpaduan semuanya.
Jam 10 udah tidur, yang kalo dihitung2 setiap hari gw tidur sekitar 8-10 jam.
Kegiatan fisikal pun hanya sebatas duduk di depan laptop atau tidur2an. Jalan kaki hanya sebatas ke ATM di sebelah hotel. Niat mau menggunakan fasilitas fitness gratisan juga terhalang oleh alasan sederhana: gak bawa sepatu olahraga. Padahal ya, di samping hotel ada sebuah toko dengan tulisan hitam dan berlatar belakang kuning. Yap, sports station.
Jadi buat yang weekend ini berencana bertemu gw di Jakarta, tolong jangan berkomentar apapun soal perut, pipi, paha, atau pengembangan badan gw lainnya. Believe me, i'm aware of all the facts.