Sunday, July 20, 2008

Untitled*

Penulis favorit saya bercerai dari pasangannya. Ketika pertama kali saya melihat tayangan berita itu di infotainment, reaksi pertama adalah tidak percaya, yang selanjutnya diikuti oleh kekecewaan. Kecewa karena seseorang yang bisa begitu hebat dalam menuliskan teori tentang cinta, ternyata tidak bisa mempertahankan teori cintanya dalam sebuah sidang besar bernama kehidupan. Padahal karya tulis beliau yang berjudul spasi selalu saya hadiahkan untuk orang-orang terdekat saya, sebagai pedoman bagi mereka dalam melangkah bersama pasangannya.

Kemudian ketika saya membuka blog si penulis, saya membaca sebuah penjelasan panjang lebar mengenai perpisahan yang harus beliau lakukan dengan pasangannya. Lagi-lagi beliau memberikan teori baru yang tidak pernah terpikirkan oleh saya. Cinta mempunyai batas kadaluwarsa.

Saya belum memutuskan sikap apakah kali ini saya harus setuju atau tidak dengan teori beliau. Di satu sisi saya merasa apa yang beliau tuliskan memang banyak benarnya. Tapi sisi lain saya khawatir kalau teori-teori baru yang beliau tulis dalam posting tersebut hanya memberikan pembenaran atas perpisahan yang beliau lakukan, dan bukan tidak mungkin juga akan menjadi alasan bagi perpisahan yang akan dilakukan oleh pasangan-pasangan lain, mungkin termasuk saya.

Tetapi saya kemudian sadar, bahwa beliau tidak punya tanggung jawab apa-apa terhadap kebahagiaan hidup saya. Demikian pula saya tidak punya andil apapun dalam kebahagiaan beliau. Setiap dari kita mempunyai tanggung jawab pribadi atas kebahagiaan hidup yang akan atau tidak akan kita raih. Saya hanyalah pembaca setia semua karya tulisnya. Dan saya rasa, hanya itulah yang akan terus saya lakukan, sambil berharap bahwa saya -seperti halnya beliau- akan selalu mempunyai penjelasan yang baik atas setiap langkah yang saya ambil dalam hidup saya.

*) Sumpah saya tidak bisa memikirkan satu judul yang tepat untuk posting ini.