Wednesday, March 26, 2008

interesting

I guess you're in some kind of interesting relationship when you say "I'm boarding now" more often than "I -fill in the blank- you"

:D

Thursday, March 13, 2008

pengembangan diri

Sore tadi setelah selesai kirim email kerjaan ke customer, gw memutuskan untuk istirahat sejenak. Berhubung gw sekarang berdomisili di hotel (yang sekaligus menjadi lokasi mobile office gw), gaya istirahat pun agak mengalami peningkatan kualitas. Bukan sededar ngupi2 seperti istirahat reguler di kantor, melainkan istirahat sambil rebahan di tempat tidur dan nonton tv :)

Gw pun mengambil remote tv dan memutuskan untuk menonton serial OB di rcti. Biar posisi makin sedep, gw berbaring menyamping seperti gaya putri duyung terdampar. Tiba-tiba berasa ada yang mengganggu di bagian depan badan gw, agak di tengah. Perut bo!

Waktu gw lagi mengelus perut yang berasa agak sakit, kok bentuknya agak berbeda ya. Seperti lebih menonjol gitu. Gw mencoba berpikir apakah gw sedang kembung karena telat makan, yang ternyata jawabannya nggak tuh, nggak kembung. Gw pun melanjutkan analisis soal perut ini mungkin karena gw kekenyangan, yang jawabannya juga nggak, secara gw makan siang 5 jam sebelumnya. Kemungkinan hamil pun gw coret dari analisis gw karena satu2nya orang yang berpotensi menghamili sedang berada jauh di sana, and my last encounter with him was like million years a go.

Aduh. Gw nggak kenapa-napa kok. Cuman gendutan aja.

Setelah dipikir-pikir memang alasan gendutan lah yang (sialnya) paling masuk akal. Gaya hidup dan pola makan selama tinggal di sini benar2 mendukung untuk program penggendutan. Eh, kalau dibilang penggendutan kesannya sebelumnya nggak gendut ya. Jadi mungkin lebih tepat dibilang pengembangan diri.

Begini ceritanya. Setiap hari, setelah sholat subuh, gw lanjut tidur sampe jam 7.30. Setelah itu bangun, mandi, jam 8 sarapan di hotel. Buffet breakfast. Menu standar gw biasanya main course (nasi, bubur, mie rebus), omelette, beberapa roti perancis lengkap dengan butter dan selai strawberry, dan buah2an. Rata2 sejam gw habiskan untuk eksistensi di resto sarapan itu.

Makan siang biasanya hidangan penuh lemak dan kolesterol. Nasi padang, soto dengan kuah santan yang kental, atau pasta porsi besar. Ditutup dengan minuman manis penuh gula seperti teh botol atau kalau lagi centil ya minum sejenis shake dengan topping ice cream.

Sore2 sampai malam maunya sih bergaya bangsawan Inggris, ngeteh dan makan biskuit. Tapi kenyataannya lebih sering ngopi sambil makan biskuit atau cake atau otak-otak atau jajanan pasar atau paket combo: perpaduan semuanya.

Jam 10 udah tidur, yang kalo dihitung2 setiap hari gw tidur sekitar 8-10 jam.

Kegiatan fisikal pun hanya sebatas duduk di depan laptop atau tidur2an. Jalan kaki hanya sebatas ke ATM di sebelah hotel. Niat mau menggunakan fasilitas fitness gratisan juga terhalang oleh alasan sederhana: gak bawa sepatu olahraga. Padahal ya, di samping hotel ada sebuah toko dengan tulisan hitam dan berlatar belakang kuning. Yap, sports station.

Jadi buat yang weekend ini berencana bertemu gw di Jakarta, tolong jangan berkomentar apapun soal perut, pipi, paha, atau pengembangan badan gw lainnya. Believe me, i'm aware of all the facts.

Sunday, March 09, 2008

Me vs. Miss Gilbert

Reading Elizabeth Gilbert's Eat Pray Love is not an easy thing to do, for I envy her so much at some points. I was still reading the part when she was in italy when i suddenly felt so hungry because it was 2 PM already and I hadn't had my lunch today. And being in this city, having lunch is quite challenging. Not to mention that now I'm alone here since my partner was back to Jakarta yesterday (and he was shocked by the airport tax which cost him 8000 IDR only!)

The Italy part was still some chapters to go but I couldn't deal with my hunger any longer. I decided to walk to some restaurants nearby. And thanks to miss Gilbert who writes such a provocative story about Italy (or was it just me being not too creative in finding a place to eat), I stepped into this pizza restaurant and ordered their pasta and cappuccino. Sounds italiano huh?

I wasn't even finishing another chapter of the book when my pasta came. Quick service, was it instant food or leftover from another table? And as i continued reading, my cappuccino was served by this waitress. I didn't care to look at her nor my cappuccino but I felt like she was waiting for me to react. So I took a glance at the drink and I realized what she was waiting for. The cappuccino looked ugly, I must say. They served the drink in a tall mug on a saucer. But I think that sloppy waitress made the drink spilled all over the saucer. And the cinnamon powder was also ugly, for they were everywhere on the mug, inside and outside (please tell me you got the picture, no?). And she was too lazy to clean it, so she just waited for my reaction whether I would complain or not.

I didn't feel like complaining, so i (again) continued reading the book. Finishing Gilbert's story in Italy, trying to compare what I was having for my lunch with Gilbert's fabulous lunch at every corner of Italy. At least we had some similarity that we both were having coffee and pasta. That was close. Yeah rrrriiiteee...

Now that I had finished the Italy chapter (the chapter that refers to the "eat" part) while eating Italian food, I'm wondering what I have to do to finish the other chapters: India and Indonesia (Bali). I can think of something with Balinese touch, but India? Never had any feeling about it. Maybe I can go to my relative's place in Ciputat, because she is half Indian.

Oh I hate this book.

Friday, March 07, 2008

lost

When you're lost in those woods, it sometimes takes you a while to realize that you are lost. For the longest time, you can convince yourself that you've just wandered a few feet off the path, that you'll find your way back to the trailhead any moment now. Then night falls again and again, and you still have no idea where you are, and it's time to admit that you have bewildered yourself so far off the path that you don't even know from which direction the sun rises anymore.

Elizabeth Gilbert - eat, pray, love.

Wednesday, March 05, 2008

filosofi tile

Tau game ini?
Di beberapa komputer namanya onet. Di komputer gw namanya tile. Gw gak tau nama aslinya apa, soalnya semua huruf dan petunjuk game ini ditulis dalam suatu simbol bahasa seperti korea atau cina. Atau jangan2 huruf paku peninggalan bangsa mesir kuno?

Game tile ini sering banget jadi pelarian gw kalo lagi suntuk ama kerjaan atau di tengah meeting yang membosankan (jangan lupa matikan volume komputer karena musiknya sungguh norak norak bergembira). Btw tile dibacanya gimana ya? tayl seperti bahasa inggris untuk ubin, atau tile seperti nama engkongnya si doel?

Postingan ini kok semakin banyak memunculkan pertanyaan yang gak perlu dijawab ya?

Lagi asik masyuk bermain permainan cerdas ini, tiba2 terlintas beberapa nilai moral yang bisa kita dapat dari si tile (as in the game, not engkongnya si doel).

1. Seringkali kita mencari terlalu jauh, padahal yang kita butuhkan ada di depan mata.
2. Ada hal2 yang tampak tidak mungkin dilakukan, tapi kadang2 kita perlu mencoba, give it a long shot and it will work at times.
3. Coba lihat permasalahan dari berbagai sudut dan celah, jangan terpaku pada hanya satu sudut saja.
4. Tidak ada pause dalam permainan ini, seperti halnya tidak ada pause dalam hidup.
5. Ada kekuatan di luar kuasa kita yang akan memberi jalan keluar ketika kita menemukan deadlock.

Gak nyangka deh game model begini bisa memberikan banyak pelajaran berharga. Penemuan yang brilliant!

Kini izinkan gw menutup postingan ini dengan kata2 yang dulu sering diucapkan Indi Barens dan Indra Bekti di acara ceriwis: maaf ibu2, orang stress.

Sunday, March 02, 2008

kurang huruf L

Sabtu sore lagi santey2 nonton berita hiburan di metrotv, tiba2 gw diharuskan berpikir keras karena mencurigai adanya ketidakberesan pada tayangan yang sedang gw tonton.

Nampak seorang aktor terkenal (pada jamannya) baru keluar dari area konser Backstreet Boys, didampingi istri dan anaknya. Si pembawa acara berita hiburan pun menghampiri untuk menanyakan pertanyaan standar: kesan2 dan lagu favorit dari artis yang baru konser.

Keluarga ini kecewa karena lagu favorit mereka tidak dinyanyikan di konser itu. Si bapak menjawab lagu favoritnya adalah yang berjudul it's true. Okay, tidak ada masalah, lanjut ke anaknya. Si anak pun menjawab lagu favoritnya adalah in a rush. Lanjut ke si istri yang juga ternyata punya lagu favorit yang sama, in a rush.

Gw gak tau ada lagu BSB yg judulnya in a rush. Sempet kepikiran menelepon salah seorang BSB groupies yang hafal semua lagu2nya (initial: DAR, 26, Pondok Kopi). Tapi mendadak gw teringat sebuah lagu berjudul in a rush yang ngetop di era 90an akhir.

Penyanyi dari lagu in a rush itu juga sebuah group vokal bernama: bLackstreet.

Ohhh..

Saturday, March 01, 2008

kopi sore dan kolam renang

Jumat sore, jam 5, hari kerja. Menikmati kopi sore sambil menyaksikan anak-anak bermain di kolam renang adalah kemewahan yang belum bisa gw dapet di Jakarta, di hari kerja. Di satu sisi gw mensyukuri keberadaan gw di kota kecil ini.

jempol gw gede juga ya?

Tapi di sisi lain, ngopi malam hari sepulang kerja, di gerai kopi yang ramai dan berisik, bersama teman2 terbaik gw, di Jakarta, adalah kemewahan lain yang nggak bisa gw dapat sekarang. Dan sebenarnya gw rela menukar kemewahan yang gw dapat di kota ini, dengan kemewahan versi Jakarta itu.

Jadi gw berkesimpulan bahwa tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Kebahagiaan adalah kombinasi dari beberapa keadaan, dari beberapa pilihan, yang nggak semuanya sesuai harapan kita. Sekarang bisa aja gw bilang kalo gw lebih bahagia di Jakarta. Padahal kalo gw lagi di Jakarta, gw bisa sampe ke suatu titik saturasi dimana gw ngomong: gw pengen jadi petani aja!

Kita merasa bahagia seandainya bisa memiliki sesuatu yang tidak kita miliki sekarang. Karena itulah, buat gw, kebahagiaan itu utopia. Sama seperti kesuksesan. Dua-duanya adalah hal yang nggak pernah kita bisa rasakan, karena kita selalu dalam proses mengejarnya.

Aa gym pernah bilang kalo orang merasa tidak bahagia bukan karena keadaan, tapi karena tidak bisa menerima keadaan. Gw setuju. Tapi gw belum bisa sampai ke tahap itu, menerima keadaan. Makanya gw nulis ini.

Kehidupan, adalah hal2 yang terjadi ketika kita sedang sibuk membuat rencana kehidupan itu sendiri.